MASALAH ekonomi sama tuanya dengan usia peradaban
manusia. Tetapi ilmu ekonomi baru muncul di abad 18, melalui buku Adam Smith
yang berjudul An lnquiri into the Nature and Causes of the Wealth of Nations
yang kemudian dikenal sebagai The Wealth of Nations (1776). Itulah sebabnya
Adam Smith dihormati sebagai bapak ilmu ekonomi modern. Bukan berarti sebelum
masa itu tidak ada pemikir yang tertarik pada masalah ekonomi. Plato, filsuf
Yunani abad 4 SM, dan Thomas Aquinas, rohaniwan Kristen abad 13 Masehi, adalali
dua dan beberapa pemikir yang mendahului Adam Smith. Tetapi mengapa ilmu
ekonomi belum muncul sampai masa Adam Smith? Jawabannya adalah baik Plato
maupun Aquinas mencoba memecahkan masalah ekonomi dengan pendekatan moral dan
teologis. Sedangkan Smith melihatnya dari sudut rasionalitas. Misalnya, zaman
dahulu kemiskinan dianggap sebagai takdir. Tetapi semenjak zaman modern (abad
18) kemiskinan dipandang ada kaitannya dengan ketidakmampuan bekerja produktif
at au karena tidak memiliki tanah.
Smith memandang perekonomian sebagai sebuah sistem
seperti halnya alam semesta. Sebagai sistem, perekonomian memiliki kemampuan
penstabil otomatis untuk menjaga keseimbangannya. Masalah-masalah ekonomi
merupakan gangguan keseim-bangan sistem. Masalah akan pulih jika keseimbangan
dipulihkan. Kekuatan yang mampu mengendalikan sistem ekonomi, disebutnya
sebagai tangan gaib (invisible hand). Analisis-analisis semenjak masa Smith
telah mewujudkan suatu analisis ekonomi yang memberikan gambaran tentang
berbagai aspek kegiatan ekonomi suatu negara.
Cara pandang Smith tentang perekonomian merupakan hasil
pergaulan intensifnya dengan Quesnay, seorang dokter kekaisaran Perancis.
Quesnay merupakan tokoh utama kelompok Psyokrat, yaitu kelompok yang merintis
analisis ekonomi dengan pendekatan IImu Pengetahuan Alam (Sciences).
Pemikiran Adam Smith dikembangkan antara lain oleh Jean
Baptiste Say, Thomas Malthus, dan David Richardo, terbentuklah pemikiran
tentang pasar. Pasar dalam pengertian ilmu ekonomi adalah pertemuan permintaan
dan penawaran. Dalam pengertian ekonomi, pasar bersifat interaktif, bukan
fisiko Mekanisme pasar adalah proses penentuan tingkat harga berdasarkan
kekuatan permintaan dan penawaran.
1.
Permintaan
Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang
pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu. Supaya lebih akurat
kita memasukkan dimensi geografis. Misalnya ketika berbicara tentang permintaan
pakaian di Jakarta, kita berbicara tentang berapa jumlah pakaian yang akan
dibeli pada berbagai tingkat harga dalam satu periode waktu tertentu, per bulan
atau per tahun, di Jakarta.
a. Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
permintaan suatu barang, yaitu:
v Harga barang itu sendiri
v Harga barang lain yang terkait
v Tingkat pendapatan per kapita
v Selera atau kebiasaan
v Jumlah penduduk
v Perkiraan harga di masa mendatang
v Distribusi pendapatan
v Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan
1) Harga Barang Itu Sendiri
Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan
terhadap barang itu bertambah. Begitu juga sebaliknya. Hal ini membawa kita ke
hukum permintaan, yang menyatakan "Bila harga suatu barang naik, ceteris
paribus, maka jumlah barang itu yang diminta akan berkurang, dan sebaliknya."
2) Harga Barang Lain yang Terkait
Harga barang lain juga dapat memengaruhi permintaan suatu
barang, tetapi kedua macam barang tersebut mempunyai keterkaitan. Keterkaitan
dua macam barang dapat bersifat substitusi (pengganti) dan bersifat komplemen
(penggenap). Misalnya, barang substitusi dari daging ayam adalah daging sapi,
ikan atau tempe. Suatu barang menjadi substitusi barang lain bila terpenuhi
paling tidak salah satu syarat dari dua syarat: memiliki fungsi yang sarna dan
atau kandungan yang sama. Dalarn hal ini, bila harga substitusi daging sapi
(misalnya daging ayam) meningkat, harga relatif daging sapi menjadi lebih
murah, sehingga permintaan daging sapi meningkat. Sedangkan kalau harga
komplemen daging sapi (misalnya beras) turun, permintaan terhadap beras
meningkat, sehingga permintaan daging sapi mungkin meningkat pula. Contoh lain
dua macam barang yang mempunyai hubungan komplementer adalah BBM dan mobil.
Bila dua macam barang tidak mempunyai hubungan dekat (keterkaitan), maka
perubahan harga satu barang tidak memengaruhi permintaan barang satunya lagi.
Bila harga pensil naik, misalnya, tidak ada pengaruhnya terhadap permintaan
daging sapi, karena antara pensil dan daging sapi tidak berkorelasi, baik
sebagai barang substitusi maupun barang komplemen.
3) Tingkat Pendapatan PerKapita
Tingkat pendapatan per kapita dapat mencerminkan daya
beli. Makin tinggi tingkat pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga
permintaan terhadap suatu barang meningkat.
4) Selera atau Kebiasaan
Selera atau kebiasaan juga dapat memengaruhi permintaan
suatu barang. Beras misalnya. Walaupun harganya sama, permintaan beras per
tahun di provinsi Maluku lebih rendah dibanding dengan di Sumatra Utara.
Mengapa? Karena orang-orang Maluku lebih menyukai sagu (sejak kedl mereka makan
sagu). Sebaliknya di Sumatra Utara, selain lebih menyukai beras, ada kebiasaan
(adat) yang mem-butuRkan beras, terutama di kalangan masyarakat Batak, pada
saat acara pernikahan.
5) Jumlah Penduduk
Kita ambil contoh beras lagi. Sebagai makanan pokok
rakyat Indonesia, maka permintaan beras berhubungan positif dengan jumlah
penduduk. Makin banyak jumlah penduduk, permintaan beras makin banyak.
6) Perkiraan Harga di Masa Mendatang
Bila kita memperkirakan bahwa harga suatu barang akan
naik, adalah lebih baik membeli. barang itu sekarang, sehingga mendorong orang
untuk membeli lebih banyak saat ini guna menghemat belanja di masa mendatang
7) Distribusi Pendapatan
Tingkat pendapatan per kapita bisa memberikan kesimpulan
yang salah bila distribusi pendapatan buruk. Artinya sebagian keeil kelompok
masyarakat menguasai begitu besar "kue" perekonomian. Jika distribusi
pendapatan buruk, berarti daya beli seeara umum melemah, sehingga permintaan
terhadap suatu barang menurun. (Pembahasan mengenai distribusi pendapatan dapat
Anda baea di Bab 15).
8) Usaha-usaha Produsen Meningkatkan
Penjualan
Dalam perekonomian yang modem, bujukan para penjual untuk
membeli barang besar sekali peranannya dalam memengaruhi masyarakat.
Pengiklanan memungkinkan masyarakat untuk mengenal suatu barang baru atau
menimbulkan permintaan terhadap barang tersebut. Di samping itu, untuk
barang-barang yang sudah lama, pengiklanan akan mengingatkan orang tentang
adanya barang tersebut dan menarik minat untuk membeli. Usaha-usaha promosi
penjualan lainnya, seperti pemberian hadiah kepada pembeli apabila membeli
suatu barang atau iklan pemberian potongan harga, sering mendorong orang untuk
membeli lebih banyak daripada biasanya.
b. Fungsi Permintaan
Fungsi permintaan adalah permintaan yang dinyatakan dalam
hubungan matematis dengan faktor-faktor yang memengaruhinya. Dengan fungsi
permintaan, maka kita dapat mengetahui hubungan antara variabel tidak bebas
(dependent variable) dan variabel-variabel bebas (independent variables).
Penjelasan di muka dapat ditulis dalam bentuk persamaan
matematis yang menjelaskan hubungan antara tingkat permintaan dengan
faktor-faktor yang memengaruhi permintaan.
- +/- + +
+ + + +
Dx = f (Px, Py, Y / cap, sel, pen, Pp, Y
dist, prom) .................................................. (2.1)
di mana : Dx = permintaan barang X
Px
= harga
X
Py
= harga
Y (barang substitusi at au komplemen)
Y/cap
= pendapatan
per kapita
sel
= selera
atau kebiasaan
pen
= jumlah
penduduk
Pp
= perkiraan
harga X periode mendatang
Ydist
= distribusi
pendapatan
prom
= upaya
produsen meningkatkan penjualan (promosi)
Dx adalah variabel tidak bebas (dependent variable),
karena besar nilainya ditentukan oleh variabel-variabel lain, yaitu yang berada
di sisi kanan Persamaan (2.1). Variabel-variabel ini disebut variabel bebas
(independent variable), karena besar nilainya tidak tergantung besamya nilai
variabel lain.
Tanda positif (+) dan negatif (-) menunjukkan pengaruh
masing-masing variabel bebas terhadap perrnintaan barang X. Tanda positif
menunjukkan hubungan searah, sedangkan tanda negatif menunjukkan hubungan
terbalik. Misalnya, pertambahan jurnlah penduduk (pen) akan meningkatkan
perrnintaan barang X. Sementara jika harga X (Px) naik, perrnintaan barang X
turun .
Dalam analisis ekonomi tidak semua variabel
diperhitungkan. Biasanya yang diperhitungkan adalah yang pengaruhnya besar dan
langsung. Oalam hal ini variabel yang dianggap memengaruhi permintaan suatu
barang adalah harga barang itu sendiri, harga barang lain, dan pendapatan.
Persamaan
(2.1) dapat disusun dengan lebih sederhana menjadi Persamaan (2.2).
- +/- +
Dx =
f(Px, Py, Y / cap) ................................................................................................ (2.2)
Tanda-tanda positif atau negatif dapat ditulis dalam
persamaan matematis ∂Dx/∂Px < 0 (jika harga X naik, permintaan barang X
turun, atau sebaliknya), ∂Dx/oPy > 0 (jika harga barang substitusi X naik,
permintaan barang X naik, begitu sebaliknya). ∂Dx/ol > 0 (jika pendapatan
naik, permintaan barang X naik, dan sebaliknya).
Persamaan-persamaan di atas menjelaskan hubungan-hubungan
antar variabel dengan asumsi barang normal. Di luar asumsi itu akan terjadi
penyimpangan pola hubungan.
Dalam kasus barang inferior (inferior goods), ∂Qd/∂I <
0; Jika pendapatan naik maka perrnintaan terhadap barang tersebut menurun.
selain barang inferior, kita juga mengenal barang Giffen (Giffen goods). Barang
Giffen adalah juga barang inferior, namun barang inferior belum tentu barang
Giffen. Seseorang, rnisalnya, yang bekerja di Jakarta sedangkan keluarganya
tinggal di Bandung, ia akan pulang serninggu sekali (setiap hari Jumat sore).
Oengan pendapatan Rp 2 juta
per bulan, ia selalu menggunakan bus antarkota bila pulang ke Bandung. Jika
penghasilannya naik menjadi Rp 3,5 juta per bulan, ia tidak lantas akan sering
pulang ke Bandung (dengan naik bus), melainkan tetap pulang serninggu sekali,
tetapi ia kadang-kadang naik kereta api Parahyangan. Kita katakan bahwa bagi orang
tadi jasa bus adalah barang inferior dan jasa kereta api Parahyangan (pada saat
itu) merupakan barang normal (normal goods). Bila kelak penghasilannya naik
lagi, mungkin baginya jasa kereta api Parahyangan menjadi barang inferior,
karena kadang-kadang ia akan naik mobil pribadi ke Bandung. Jadi barang
inferior tidak berlaku bagi semua (kebanyakan) orang, melainkan hanya berlaku
bagi suatu kelompok ma~yarakat berpenghasilan tertentu saja. Apabila bagi semua
orang (atau sebagian besar masyarakat) suatu barang dianggap sebagai barang
inferior, maka barang tersebut dinamakan barang Giffen. Contoh barang Giffen
adalah beras (nasi). Bagi kebanyakan orang 'Indonesia, ada kecenderungan bahwa
kalau penghasilannya meningkat, konsumsinya terhadap beras akan berkurang,
karena mereka akan menambah lauknya (baik secara kuantitas maupun ,kualitas).
Kenyang bagi mereka sudah tidak lagi kenyang secara fisik, melainkan kenyang
secara gizi. Anda dapat membuktikan hal ini dengan cara mengamati orang-orang
yang makan di Warung Tegal atau Warteg (di dekat proyek pembangunan pemmahan,
bukan Warteg yang berada di kampus), dan di restoran, misalnya, Kentucky Fried
Chicken, serta di restoran yang berada di hotel berbintang lima. Jika Anda
perhatikan, porsi nasi bagi konsumen di tiap-tiap mmah makan di atas berbeda
secara nyata.
Gejala ini pertama kali ditemukan Sir Robert Giffen di
Irlandia, yaitu meningkatnya harga kentang menyebabkan jumlah yang dibeli
meningkat, begitu sebaliknya. Penjelasan tentang gejala ini akan dibahas dalam
bab tentang perilaku konsumen (Bab 4).
c. Skedul dan Kurva Permintaan
Skedul permintaan adalah daftar hubungan antara harga
suatu barang dengan tingkat permintaan barang tersebut.
Misalnya, fungsi permintaan beras di kota Brebes per
bulan mempakan fungsi linear berikut ini,
Qd = 100
- lOP ............................................................................................................ (2.3)
di mana : Qd =
permintaan beras (dalam ribu ton)
P = harga
beras per kilogram (dalam rupiah)
Dari Persamaan (2.3) kita menyimpulkan bahwa jika harga
beras nol (gratis), permintaan beras tidaklah tak terhingga, melainkan hanya
100.000 ton. Permintaan beras akan menjadi nol kalau harga beras Rp 10.000,00
atau lebih per kilogram. Kita dapat juga menentukan berapa jumlah permintaan
beras pada berbagai tingkat harga antara nol mpiah sampai Rp 10.000,00 per
kilogram, seperti yang tertera dalam skedul permintaan berikut ini.
Tabel 2.1
Skedul Permintaan Beras
Harga Beras
Per Kilogram
|
Permintaan beras
Per bulan (ribu ton)
|
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
|
100
80
60
40
20
0
|
Selanjutnya
skedul permintaan di atas dapat digambarkan dalam bentuk kurva permintaan dua
dimensi berikut ini.
Diagram 2.1
Kurva Permintaan Beras
Sudut (alfa) mempunyai derajat kemiringan (slope) sebesar
∂Qd/∂P = 10 (minus sepuluh), yang mempunyai arti jika harga beras berubah 1
unit maka permintaan beras berubah 10 unit dengan arah yang berlawanan.
d. Perubahan Jumlah yang Diminta dan
Perubahan Permintaan
Perubahan permintaan terjadi karena dua sebab utama, yaitu
perubahan harga dan perubahan faktor ceteris paribus, misalnya pendapatan,
selera, dan sebagainya (faktor nonharga).
Perubahan
harga menyebabkan perubahan jumlah barang yang diminta, tetapiperubahan itu
hanya terjadi dalam satu kurva yang sama. lni yang disebut pergerakan
permintaan sepanjang kurva permintaan (movement along demand curve). Bila kurva
permintaan di atas kita ambil sebagai contoh, berikut ini adalah pergerakan
permintaan sepanjang kurva permintaan.
Diagram 2.2
Pergerakan Sepanjang
Kurva Permintaan Beras
Pada harga beras Rp 4.000,00 per kilogram, permintaan
beras 60.000 ton per bulan. Jika harga naik menjadi Rp 6.000,00 per kilogram,
permintaan turun menjadi 40.000 ton per bulan. Seandainya harga beras turun
kembali menjadi Rp2.000,00 per kilogram, permintaan beras meningkat kembali
menjadi 80.000 ton per bulan. Jika yang berubah adalah faktor ceteris paribus,
yaitu pendapatan, maka akan terjadi pergeseran kurva permintaan (shifting).
Jika pendapatan meningkat, kurva permintaan bergeser sejajar ke kanan. Jika
pendapatan menurun, kurva permintaan bergeser sejajar ke kiri.
Diagram 2.3
Pergeseran Kurva Permintaan Beras
Jadi, jumlah barang yang diminta akan mengalami perubahan
apabila terjadi perubahan harga (barang itu sendiri). Kenaikan harga akan
menyebabkan jumlah barang yang diminta berkurang dan bila harganya turun akan
menambah jumlah yang diminta. Sedangkan apabila faktor-faktor nonharga yang
berubah, akan menyebabkan perubahan dalam permintaan. Perubahan dalam
permintaan ini ditunjukkan oleh bergesernya kurva permintaan ke kanan atau ke
kiri, yang memberikan makna bahwa perubahan faktor non harga (misalnya
pendapatan konsumen naik, ceteris paribus) akan menyebabkan perubahan
permintaan (menaikkan permintaan), yaitu pada tingkat harga yang tetap jumlah
barang yang diminta bertambah.
e. Kasus Pengecualian
Di atas telah dijelaskan ten tang hukum permintaan.
Adakalanya hukum permintaan tidak berlaku, yaitu kalau harga suatu barang naik
justru permintaan terhadap barang tersebut meningkat. Paling tidak ada tiga
kelompok barang di mana hukum permintaan tidak berlaku.
1) Sarang yang Memiliki Unsur Spekulasi
Misalnya saja emas, saham, dan tanah (di kota).
Barang-barang itu dapat menyebabkan orang akan menambah pembeliannya pada saat
harganya naik, karena ada unsur spekulasi. Mereka mengharapkan harga akan naik
lagi pada saat harga barang itu naik, dengan demikian mereka mengharapkan akan
memperoleh keuntungan.
2) Sarong Prestise
Barang-barang yang dapat menambah prestise seseorang yang
memilikinya umumnya berharga mahal sekali. Kalau barang tersebut naik harganya,
boleh jadi menyebabkan permintaan terhadap barang itu meningkat, karena bagi
orang yang membeli berarti gengsinya naik. Contohnya adalah mobil mewah,
lukisan dari pelukis terkenal (apalagi pelukisnya sudah meninggal dunia), atau
barang-barang antik.
3) Barang Giffen
Untuk barang Giffen (Giffen good), apabila harganya turun
menyebabkan jumlah barang yang diminta akan berkurang. Hal ini disebabkan efek
pendapatan yang negatif dari barang Giffen lebih besar daripada naiknya jumlah
barang yang diminta karena berlakunya efek substitusi yang selalu positif.
Dalam hal ini, apabila suatu barang harganya turun, ceteris paribus, maka
pendapatan nyata (real income) konsumen bertambah. Untuk kasus barang Giffen,
kenaikan pendapatan nyata konsumen justru mengakibatkan permintaan terhadap
barang tersebut menjadi berkurang. (Pendapatan nyata adalah pendapatan yang
berdasarkan daya beli, artinya sudah memperhitungkan faktor kenaikan atau
penunman harga. Pendapatan yang belum memperhatikan faktor perubahan harga
dinamakan pendapatan nominal atau money income).
2. Penawaran
Penawaran adalah jumlah barang yang produsen ingin
tawarkan (jual) pad berbagai tingkat
harga selama satu periode tertentu. Faktor-faktor yang menentukan tingkat
penawaran adalah harga jual barang yang bersangkutan, serta faktor-faktor
lainnya yang dapat disederhanakan sebagai faktor non harga.
a. Faktor-faktor yang Memengaruhi Penawaran
Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi penawaran
suatu barang, yaitu:
v Harga barang itu sendiri
v Harga barang lain yang terkait
v Harga faktor produksi
v Biaya produksi
v Teknologi produksi
v Jumlah pedagang/penjual
v Tujuan perusahaan
v Kebijakan pemerintah
1) Harga Barang Itu Sendiri
Jika harga suatu barang naik, maka produsen cenderung
akan menambah jumlah barang yang dihasilkan. Hal ini membawa kita ke hukum
penawaran, yang menjelaskan sifat hubungan antara harga suatu barang dengan
jumlah barang ter-sebut yang ditawarkan penjual. Hukum penawaran menyatakan
"Semakin tinggi harga suatu barang, ceteris paribus, semakin banyak jumlah
barang tersebut yang ingin ditawarkan oleh penjual, dan sebaliknya".
2) Harga Barang Lain yang Terkait
Barang-barang substitusi dapat memengaruhi penawaran
suatu barang. Misalkan, dikarenakan kenaikan biaya produksi di luar negeri,
atau kenaikan tarif impor, baju yang diimpor menjadi bertambah mahal harganya.
Konsumen baju impor sekarang lebih suka membeli baju buatan dalam negeri
sehingga permintaan terhadap baju produksi dalam negeri meningkat. Kenaikan
permintaan ini pada gilirannya akan mendorong para produsen dalam negeri untuk
meningkatkan hasil produksinya, sehingga penawaran baju meningkat.
Secara umum dapat dikatakan bahwa apabila harga barang
substitusi naik, maka penawaran suatu barang akan bertambah, dan sebaliknya.
Sedangkan untuk barang komplemen, dapat kita nyatakan bahwa apabila harga
barang komplemen naik, maka penawaran suatu barang berkurang, dan sebaliknya.
3) Harga Faktor Produksi
Kenaikan harga faktor produksi, seperti tingkat upah yang
lebih tinggi, harga bahan baku yang meningkat, atau kenaikan tingkat bunga
modal, akan menyebabkan perusahaan memproduksi outputnya lebih sedikit dengan
jumlah anggaran yang tetap. Kenaikan harga faktor produksi ini juga akan
mengurangi laba perusahaan. Apabila tingkat laba suatu industri tidak menarik
lagi, mereka akan pindah ke industri lain, dan hal ini akan mengakibatkan
berkurangnya penawaran barang.
4) Biaya Produksi
Kenaikan harga input sebenarnya juga menyebabkan kenaikan
biaya produksi. Dengan demikian, bila biaya produksi meningkat (apakah
dikarenakan kenaikan harga faktor produksi atau penyebab lainnya), maka
produsen akan mengurangi hasil produksinya, berarti penawaran barang itu
berkurang.
5) Teknologi Produksi
Kemajuan teknologi menyebabkan penurunan biaya produksi,
dan menciptakan barang-barang baru. Dalam hubungannya dengan penawaran suatu
barang, kemajuan teknologi menyebabkan kenaikan dalam penawaran barang.
6) Jumlah Pedagang/Penjual
Apabila jumlah penjual suatu produk tertentu semakin
banyak, maka penawaran barang tersebut akan bertambah.
7) Tujuan Perusahaan
Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan laba, bukan
memaksimumkan hasil produksinya. Akibatnya, tiap produsen tidak berusaha untuk
memanfaatkan kapasitas produksinya secara maksimum, tetapi akan menggunakannya
pada tingkat produksi yang memberikan keuntungan maksimum.
Namun demikian, sering kita temui produsen yang mempunyai
tujuan lain dalam berproduksi. Misalnya, ada perusahaan yang tidak mau
menanggung risiko mereka cenderung melakukan kegiatan produksi yang lebih
"aman" meskipun hal itu menyebabkan tingkat keuntungannya menjadi
lebih sedikit. Sedangkan BUMN, misalnya, lebih mementingkan mencapai tingkat
produksi yang maksimum (agar tingkat kemakmuran masyarakat meningkat), dan
bukan keuntungan yang maksimum. Dengan demikian penawaran suatu barang
dipengaruhi oleh tujuan yang ingin dicapai produsen.
8) Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah juga dapat memengaruhi penawaran
suatu barang. Di Indonesia, beras merupakan makanan utama. Kebijakan pemerintah
untuk mengurangi impor beras dan meningkatkan produksi dalam negeri guna
tercapainya swasembada beras, menyebabkan para petani menanam padi tertentu
yang memberikan hasil banyak setiap panennya. Kebijakan ini jelas menambah
supply beras dan keperluan impor beras dapat dikurangi.
Sama halnya dengan permintaan, analisis penawaran dapat
disederhanakan, dianalogikan dengan permintaan. Diagram 2.4 menggambarkan jika
yang berubah adalah harga, maka terjadi pergerakan sepanjang kurva penawaran
(movement along supply curve). Berarti, perubahan harga akan menyebabkan
perubahan jumlah yang ditawarkan. Jika yang berubah adalah faktor nonharga
(ceteris paribus), maka kurva penawaran bergeser ke kiri atau ke kanan.
Bergeser ke kanan berarti jumlah yang lebih banyak akan ditawarkan pada
sembarang harga yang tetap, dan bergeser ke kiri berarti jumlah yang lebih
sedikit akan ditawarkan pada harga yang tetap mana pun.
b. Fungsi Penawaran
Fungsi penawaran adalah penawaran yang dinyatakan dalam
hubungan matematis dengan faktor-faktor yang memengaruhinya. Penjelasan di muka
dapat ditulis dalam bentuk persamaan matematis yang menjelaskan hubungan antara
tingkat penawaran dengan faktor-faktor yang memengaruhi penawaran.
+
+/- - -
+ + +/-
+
5x =
f(Px, Py, Pi, C, tek, ped, tuj, kebij) ...................................................................... (2.4)
Dimana : Sx =
penawaran barang X
Px
= harga X
Py
= harga Y (barang substitusi atau
komplemen)
Pi
= harga input
C
= biaya produksi
tek
= teknologi produksi
ped
= jumlah pedagang/penjual
tuj
= tujuan perusahaan
kebij
= kebijakan pemerintah
Tanda positif (+) dan negatif (-) menunjukkan pengaruh
masing-masing variabel bebas terhadap penawaran barang X.
Misal,
fungsi penawaran mobil adalah:
Qs = -40 + 5P (2.5)
di mana : Qs =
jumlah mobil yang ditawarkan (ribu unit)
per tahun
P = harga
mobil per unit (puluh juta rupiah per unit)
Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa bila
harga mobil per unit hanya Rp 80 juta atau kurang, produsen tidak mau menjual
mobil. Setiap satu unit kenaikan harga menyebabkan penawaran mobil meningkat
lima unit. Jika yang berubah adalah faktor nonharga seperti teknologi, kurva
penawaran bergeser (shifting) dari S0 ke S1.
Diagram 2.4
Kurva Penawaran Mobil
c. Kasus Pengecualian
Kadang-kadang kita temui pula adanya kurva penawaran yang
mempunyai slope negatif. Contoh yang sering kita jumpai adalah kurva penawaran
akan tenaga kerja yang berbenhlk melengkung membalik (backward bending labour
supply curve). Misalnya saja, seorang pekerja yang dibayar berdasarkan jumlah
jam kerjanya. Tabel berikut menunjukkan jumlah jam yang ingin ia gunakan untuk
bekerja (penawaran tenaga kerja) pada berbagai tingkat upah per jam yang
berbeda-beda.
Tabel 2.2.
Penawaran Tenaga Kerja
Upah per jam
(dalam rupiah)
|
Jumlah jam kerja
Per minggu
|
2.000
4.000
8.000
12.000
14.000
16.000
18.000
|
4
12
20
24
25
23
20
|
Dari data di atas dapat kita buat titik-titik antarakedua
variabel serta kemudian menghubungkan titik-titiknya yang membentuk suatu garis
sebagaimana tampak dalam Diagram 2.5. Pada tingkat upah yang rendah (Rp2.000,00
sampai Rp14.000,00) adalah normal, diperoleh bentuk kurva penawaran yang
positif. Bagi pekerja tadi, akan memberikan manfaat dengan menambah jumlah jam
kerja bila tingkat upah naik pada saat itu. Pada tingkat upah yang lebih tinggi
dari Rp14.000,00 per jamnya, ia cenderung akan mengurangi jumlah jam kerja yang
ditawarkan untuk bekerja. Ia ingin bisa lebih santai untuk menikmati hasil
kerjanya yang diperoleh selama masa sebelumnya, sedangkan pendapatan yang
diterimanya tetap atau bahkan masih bisa meningkat sedikit. Hal ini wajar,
karena pendapatannya sudah cukup tinggi, sehingga ia sudah memiliki rumah dan
vila yang bagus, mobil, dan barang-barang kon-sumsi lain, yang kesemuanya
membutuhkan waktu lebih banyak untuk bisa menikmatinya. Dengan demikian bentuk
kurva penawaran akan tenaga kerjanya akan melengkung dan membalik ke arah yang
berlawanan, atau kurvanya mempunyai kemiringan negatif. Contoh yang sering
dikemukakan seperti ilustrasi di atas adalah dokter. Bagi seorang dokter
spesialis yang tarifnya sudah tinggi (misalnya di atas Rp 100.000,00 untuk
sekali periksa pasien), ia cenderung akan mengurangi jam praktiknya, dan
menambah leisure time-nya.
Diagram 2.5
Backward Bending Labour Supply Curve
3. Harga Keseimbangan
Harga keseimbangan adalah harga di mana baik konsumen
maupun produsen sama-sama tidak ingin menambah atau mengurangi jumlah yang
dikonsumsi dan dijual. Permintaan sama dengan penawaran. Jika harga di bawah
harga keseimbangan, terjadi kelebihan pemintaan. Sebab permintaan akan
meningkat, dan penawaran rnenjadi berkurang. Sebaliknya jika harga melebihi
harga keseimbangan, terjadi kelebihan penawaran. Jumlah penawaran meningkat,
jumlah permintaan menurun.
Kasus Pasar Mobil Sedan
Permintaan : Qd = 200 – 10P
Penawaran : Qs =
-40 + 5P
di mana : Qd, Qs = ribu unit per tahun
P = puluh
juta rupiah per unit
Keseimbangan Pasar:
Qd
= Qs
200
- lOP = -40
+ 5P
240
= 15P
P
= 16
Qd
= 200 - 10(16) = 40
Qs
= -50 + 5(16) = 40
Keseimbangan terjadi pada saat harga mobil Rp160 juta per
unit. Saat itu jumlah permintaan sama dengan jumlah penawaran, yaitu 40.000
unit mobil per tahun.
Jika harga mobil ditetapkan Rp150 juta per unit (di bawah
harga keseimbangan), maka akan terjadi kelebihan permintaan sebanyak 15.000
unit mobil per tahun. Jika harga mobil ditetapkan Rp170 juta per unit (di atas
harga keseimbangan), terjadi kelebihan penawaran sebanyak 15.000 unit mobil per
tahun.
Diagram 2.6
Keseimbangan Pasar Mobil
4. Perubahan Keseimbangan Pasar
Perubahan keseimbangan pasar terjadi bila ada perubahan
di sisi permintaan dan atau penawaran. Jika faktor yang menyebabkan perubahan
adalah harga, keseimbangan akan kembali ke titik awal (Diagram 2.7.a). Tetapi
jika yang berubah adalah faktor-faktor ceteris paribus seperti teknologi untuk
sisi penawaran, atau pendapatan untuk sisi permintaan, keseimbangan tidak
kembali ke titik awal (Diagram 2.7.b dan 2.7.c).
Diagram 2.7
Perubahan Keseimbangan Pasar
5. Surplus Ekonomi
Dasar pendekatan yang digunakan untuk analisis pasar
adalah marjinalis (marginalism approach), yang mengatakan bahwa keputusan dalam
memproduksi atau mengonsumsi ditentukan oleh berapa besar tambahan pendapatan
atau manfaat dari unit terakhir barang yang diproduksi atau dikonsumsi.
Konsekuensi dari pemikiran ini, bagi produsen adalah dia tidak menetapkan harga
yang sama untuk setiap jumlah penjualan. Jika kasus pasar mobil di atas
digunakan kembali sebagai contoh, satu unit mobil pertama dijual dengan harga
Rp 82 juta, sedangkan unit kedua baru akan dijual jika harganya Rp84 juta dan
seterusnya. Sebaliknya bagi konsumen untuk 1 unit pertama bersedia membeli
dengan harga Rp199 juta. Tetapi untuk unit selanjutnya, sebut saja unit kedua,
konsumen hanya mau membeli dengan harga di bawah Rp199 juta, yaitu Rp198 juta.
Alasannya tambahan manfaat dari tambahan pemakaian mobil telah menurun.
Pada saat keseimbangan, konsumen membayar mobil yang
dibeli jauh Lebih sedikit dibanding kesediaan membayar. Sebaliknya produsen
menerima uang lebih banyak daripada yang sebenamya mereka harapkan.
Apa yang dialarni oleh konsumen disebut surplus konsumen
(consumer surplus), yaitu selisih antara jumlah yang konsumen sedia bayarkan
dengan yang harus dibayar. Untuk produsen disebut surplus produsen (producer
surplus), yaitu selisih antara jumlah yang diterima dengan yang mereka harapkan
untuk dibayar.
Dalam kasus pasar mobil, surplus konsumen jumlahnya
seluas segi tiga ABE, yang merupakan selisih luas trapesium OBEC (jumlah yang konsumen
bersedia membayar) dengan segi empat OAEC Gumlah yang harus konsumen bayar).
Jurnlah surplus produsen seluas segi tiga FAE yang merupakan selisih antara
luas segi empat OAEC (jumlah yang konsumen bayarkan) dengan trapesium OFEC
Gumlah yang produsen bersedia dibayar).
Teori surplus ekonorni sangat bermanfaat dalam
menganalisis dampak campur tangan pemerintah. Campur tangan pemerintah dianggap
makin buruk bila total kehilangan surplus ekonomi (kehilangan surplus konsumen
+ surplus produsen) makin besar. Dalam buku teks berbahasa Inggris, ini disebut
deadweight loss.
Diagram 2.8
Surplus Produsen dan Surplus Konsumen
6. Kegagalan Pasar
Pasar dapat menjadi alokasi sumber daya yang efisien,
bila asumsiasumsinya terpenuhi, antara lain pelaku bersifat rasional, memiliki
informasi sempurna, pasar berbentuk persaingan sempurna dan barang bersifat
privat. Proses pertukaran (exchange) tidak terbatasi dimensi waktu dan tempat
(timeless dan placeless). Sayangnya, kenyataan tidak seperti dunia ideal.
Banyak asumsi tidak cocok dengan lapangan. Akibatnya pasar gagal menjadi alat
alokasi sumber daya yang efisien (market failure).
a. Informasi Tidak Sempurna (Incomplete
Information)
Dalam kenyataan kita tidak pemah tahu persis tentang
kualitas barang yang digunakan. Misalnya ketika membeli mobil bekas. Untuk
memperoleh informasi tentang mobil itu, seringkali harus membayar. Misalnya
dengan menyewa montir mobil yang ahli mesin dan dapat dipercaya. Demikian juga
perusahaan-perusahaan yang ingin merekrut pegawai. Untuk mengetahui kualitas
calon pegawai, mereka terpaksa menggunakan konsultan, yang untuk menikmati
jasanya, perusahaan harus membayar.
b.
Daya Monopoli (Monopoly Power)
Asumsi pasar persaingan sempurna adalah produsen begitu
banyak dan kecil-kecil sehingga secara individu tidak mampu memengaruhi pasar.
Keputusan produsen dalam memasok bereferensi pada harga yang berlaku di pasar
(price taker). Dalam kenyataannya sering terjadi dalam pasar hanya ada satu
(monopoli) atau beberapa produsen (oligopoli) yang begitu kuat. mereka mampu
memengaruhi pasar dengan menentukan tingkat harga (price taker). Kemampuan itu
menyebabkan barang yang diproduksi lebih sedikit, harga yang lebih tinggi,
dibanding dalam pasar persaingan sempurna.
c. Eksternalitas (Externality)
Eksternalitas adalah keuntungan atau kerugian yang
dinikmati atau diderita pelaku ekonomi sebagai akibat tindakan pelaku ekonorni
yang lain, tetapi tidak dapat dimasukkan dalam perhitungan biaya secara formal.
Misalnya, di Provinsi Lampung banyak pabrik tapioka yang mencemarkan lingkungan
dengan membuang limbahnya ke sungai. Kerugian yang diderita masyarakat
sekitarnya tidak masuk dalam perhitungan biaya produksi tapioka. Akibatnya,
walaupun secara finansial biaya produksi tapioka menjadi murah (tidak perlu
investasi fasilitas pengolahan limbah), secara ekonomis biayanya mahal;
Sebagian biaya itu ditanggung masyarakat dalam bentuk biaya sosial (social
cost) .
d. Barang Publik (Public Goods)
Asumsi dasar lain yang seringkali tidak relevan adalah
barang yang iipertukarkan bersifat private (rival dan eksklusif). Rival
artinya, barang tidak iapat dikonsumsi secara simultan (bersamaan) tanpa saling
merugikan. eksklusif artinya siapa yang tidak mau membayar tidak dapat
menikmati/memanfaatkannya. Softdrink atau nasi, misalnya, merupakan barang
privat (private good). Bila satu kaleng softdrink sudah kita minum konsumsi),
maka orang lain sudah tidak dapat mengonsumsi softdrink tersebut (barang yang
sama). Berarti untuk dapat mengonsumsi softdrink diperlukan rival (bersifat
rivalry). Selain bersifat rivalry, kita juga harus membeli (membayar) untuk
dapat mengonsumsikannya. Dengan demikian diperlukan syarat untuk memperolehnya
(bersifat exclusive). Beberapa barang privat juga bisa "dipecah-peeah"
atau "dibagi-bagi" (bersifat divisible). Kalau kita makan di rumah
makan, misalnya, kita dapat memesan (membeli) nasi sebanyak setengah porsi.
Atau softdrink dalam contoh di atas, kita dapat membeli yang botol besar atau
botol keeil.
Dalam kenyataan ada barang yang bersifat non rivalry, non
eksklusif (non exclusive atau non excludable), dan non-divisible (tidak dapat
dipecah-pecah). Sebut saja jalan raya, taman, jembatan, fasilitas pertahanan
keamanan dan lain-Iain. Barang-barang seperti itu disebut barang publik (public
goods). Oleh sebab itu, barang-barang publik biasanya disediakan oleh
pemerintah. Tetapi tidak berarti kita kemudian mendefinisikan bahwa barang
publik adalah barang-barang yang disediakan oleh pemerintah. Sebab barang
publik bisa juga disediakan oleh perseorangan atau perusahaan swasta. Bakrie
bisa saja membuat (menyediakan) mesjid bagi masyarakat umum. Mesjid adalah
termasuk barang publik. (Coba pikirkan, mengapa rnesjid merupakan barang
publik).
Sifat non-rivalry, non-exclusive, dan non-divisible ini
sering menimbulkan fenomena pendomplengan atau pembonceng gratis (free rider),
yaitu mereka menikmati manfaat dari barang publik tetapi tidak membayar pajak,
misalnya pajak penghasilan (barang publik tersebut dibuat oleh pemerintah, yang
sumber pembiayaannya antara lain berasal dari penerimaan pajak).
Beberapa barang dapat dikategorikan sebagai semi public
good. Misalnya jalan bebas hambatan (jalan tol) dan bioskop. Jalan tol memang
bersifat nonrivalry dan non-divisible, tetapi exclusive karena orang harus
membayar dan memenuhi syarat lainnya (misalnya kendaraan beroda dua atau tiga
tidak diperkenankan melewati jalan tol) untuk dapat menggunakannya. Begitu pula
dengan bioskop.
Teori mengenai barang publik akan diuraikan secara lebih
lengkap dalam Bab 14 di belakang.
e. Barang Altruisme (Altruism Good)
Selain barang publik, kita juga mengenal barang
altruisme. Barang altruisme adalah barang yang ketersediaannya berdasarkan suka
rela karena rasa kemanusiaan. Contoh barang altruisme ialah darah. Supply darah
ada karena rasa kemanusiaan (ingin rnembantu sesarna manusia). Apabila untuk
barang ini diserahkan kepada mekanisme pasar, maka tidak akan terjadi pasar
karena aspek supply-nya bertentangan dengan ajaran agarna (akan terjadi
kegagalan pasar atau market failures). Oleh karena itu pemerintah menangani
masalah demand dan supply darah, dengan membentuk PMI (Palang Merah Indonesia).
Apabila kita datang ke PMI untuk donor darah, motivasinya semata-mata adalah
karena rasa kemanusiaan, sama sekali bukan karena ingin memperoleh pembayaran.
Bagi orang yang membutuhkan, mereka tidak perlu membeli darah yang
diperlukannya (paling-paling hanya rnembayar biaya administrasi yang sangat murah).
7. Intervensi Pemerintah
Kegagalan pasar, seringkali menuntut campur tangan
(intervensi) pemerintah. Namun yang harus diperhatikan adalah tidak semua
campur tangan pemerintah memberikan hasil yang baik, walaupun tujuannya baik.
Banyak faktor yang menyebabkannya. Salah satu masalah terbesar yang dihadapi
pemerintah dalam menentukan kebijaksanaan adalah adanya trade off (konflik)
antara tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Misalnya ada konflik antara tujuan
efisiensi dengan pemerataan. Agar harga rurnah dapat terjangkau rakyat kecil
dan berpenghasilan rendah, pemerintah memberikan subsidi. Tetapi pemberian
subsidi itu cenderung mengorbankan efisiensi, karena uang subsidi bisa
dialokasikan ke sektor-sektor yang lebih produktif.
Tujuan
dilakukannya campur tangan pemerintah adalah sebagai berikut.
v Menjamin agar kesamaan hak bagi setiap individu dapat
tetap terwujud dan eksploitasi dapat dihindarkan,
v Menjaga agar perekonornian dapat tumbuh dan mengalarni
perkembangan yang teratur dan stabil,
v Mengawasi kegiatan-kegiatan perusahaan, terutama
perusahaanperusahaan besar yang dapat memengaruhi pasar, agar mereka tidak
menjalankan praktik-praktik monopoli yang merugikan,
v Menyediakan barang publik (public goods) untuk
meningkatan kesejahteraan masyarakat,
v Mengawasi agar ekstemalitas kegiatan ekonorni yang
merugikan masyarakat dapat dihindari atau dikurangi.
a. Kontrol Harga
Tujuan kontrol harga adalah melindungi konsumen atau
produsen. Bentuk kontrol harga yang paling umum digunakan adalah penetapan
harga dasar (floor price) dan harga maksimum (ceiling price).
1) Harga Dasar (Floor Price)
Harga dasar adalah tingkat harga minimum yang
diberlakukan. Bila pemerintah menetapkan harga dasar gabah Rp700,00 per
kilogram, pembeli hams membeli gabah dari petani dengan harga
serendah-rendahnya Rp700,00 per kilogram. Contoh lain, bila pemerintah
menetapkan upah minimum tenaga kerja Rp15.000,00 per hari, maka majikan harus
membayar tenaga kerja paling tidak Rp15.000,00 per hari. Dampak kebijakan harga
minimum terhadap keseirnbangan pasar dijelaskan dengan diagram-diagram berikut.
Kasus
Pasar Gabah di Karawang
Qd =
2.000 - 3P ; Qs = -500 + 2P
di mana : Qd, Qs =
ribu ton per musim
P
= ratus ribu rupiah per ton
Keseimbangan pasar tercapai pada harga gabah Rp500.000,00
per ton. Sedangkan jumlah gabah yang tersedia 500.000 ton per musim. Andaikan
pemerintah merasa bahwa jumlah gabah terlalu sedikit dan berniat menambahnya
pada musim tanam mendatang dengan menetapkan harga dasar gabah menjadi
Rp600.000,00 per ton, akan terjadi kelebihan penawaran 500.000 ton. Sebab,
penawaran naik menjadi 700.000 ton, sedangkan permintaan turun menjadi 200.000
ton. Keputusan ini merugikan konsumen dan produsen karena total surplus ekonomi
yang hilang (consumer surplus dan producer surplus) besamya seluas segi tiga
B+C.
Diagram 2.9
Pasar Gabah
di Krawang
Agar harga gabah tetap pada tingkat Rp 600.000,00 per
ton, pemerintah harus membeli kelebihan penawaran tersebut. Pembelian
pemerintah memperbesar permintaan yang kita sebut saja permintaan pemerintah
(Qdp). Akibatnya, kurva permintaan bergeser ke Qd2 yang besarnya merupakan Qd +
Qdp. Besar anggaran yang disediakan adalah 500.000 ton dikali dengan
Rp600.000,00 sama dengan Rp 300.000.000.000,00.
Kasus
Pasar Tenaga Kerja di Cianjur
Qd =
20.000 - 6P ; Qs = -5.000+ 4P
di mana : Qd, Qs =
jiwa per bulan
P
= upah per hari
Diagram 2.10
Pasar Tenaga kerja di Cianjur
Keseimbangan pasar terjadi pada harga Rp.2.500,00/hari.
Kesempatan kerja yang tersedia untuk 5.000 pekerja/bulan. Jika Pemerintah
Daerah Cianjur menilai upah keseimbangan itu terlalu rendah dan menetapkan upah
minimum sebesar Rp. 3.000/hari, yang terjadi adalah pengangguran sebanyak 5.000
orang/bulan. Sebab dengan tingkat upah tersebut jumlah yang ingin bekerja
meningkat menjadi 7.000 orang / bulan. Sedangkan permintaan terhadap tenaga
kerja menurun menjadi 2.000 orang /bulan.
2) Harga Tertinggi (Ceiling Price)
Harga tertinggi (ceiling price) adalah batas maksimum
harga penjualan oleh produsen. Di Indonesia yang paling terkenal misalnya
penetapan harga patokan setempat (HPS) untuk semen. Tujuan penetapan harga
tertinggi umumnya adalah agar harga produk dapat terjangkau oleh konsumen yang
daya belinya kurang. Namun kebijakan ini tidak berdayaguna bila produsen
memiliki kekuatan oligopoli, apalagi daya monopoli. Seperti yang terjadi pada
HPS semen yang terus menerus dilanggar produsen semen raksasa.
Kasus
Pasar Mie Instant di Indonesia
Qd =
20.000 - 5P ; Qs = -5.000+ 20P
di mana : Qd, Qs =
ribu bungkus per bulan
P
= harga per bungkus
Diagram 2.11
Pasar Tenaga kerja di Cianjur
Keseimbangan pasar terjadi pada tingkat harga mie instant
Rp1.000,00 per bungkus, dengan jumlah 15 juta bungkus per bulan. Kebalikan dari
dua contoh di atas, sekarang pemerintah merasa harga mie instant terlalu tinggi
dan me-netapkan harga Rp750,00 per bungkus. Keputusan ini menyebabkan kelebihan
permintaan sebesar 6.250.000 bungkus per bulan (16.250.000 10.000.000). Secara
ekonomis keputusan ini merugikan, karena terjadi kehilangan surplus ekonomi
(deadweight loss) sebesar luas segi tiga A + B.
3) Kuota
Selain dengan pembelian, pemerintah memengaruhi tingkat
harga dengan melakukan kebijaksanaan kuota (pembatasan produksi). Misalnya,
pemerintah ingin menolong petani jagung dengan cara membatasi jumlah produksi
(kuota) untuk meningkatkan harga. Diagram 2.12 menunjukkan tanpa campur tangan
pemerintah, keseimbangan pasar jagung terjadi di titik El dengan jumlah jagung
Q0 dan harga P0.
Jika pemerintah ingin menjaga agar harga jagung minimal P1
untuk itu jumlah produksi dibatasi hanya sampai Q1 Kurva penawaran
jagung yang relevan adalah 51 Keputusan ini mengurangi surplus
konsumen sebesar A+B. Produsen mengalami kehilangan surplus seluas C, tetapi
memperoleh tambahan surplus seluas A ditambah insentif tidak memproduksi,
seluas F. Agar produsen jagung mau mengurangi produksinya sampai tingkat Q1
maka insentif finansial yang harus diberikan setidak-tidaknya seluas B+C+F.
Diagram 2.12
Pasar Jagung di Jawa Barat
b. Pajak dan Subsidi
1) Pajak
Dilihat dari satu sisi, pajak
memberatkan karena membuat harga barang menjadi lebih mahal. Namun di sisi
lain, pajak dibutuhkan sebagai sumber penerimaan negara untuk membiayai
fungsi-fungsinya, khususnya redistribusi pendapatan dan sebagai alat stabilisasi
ekonomi. Hanya saja keputusan penentuan pajak harus mempertimbangkan
elastisitas permintaan dan penawaran. Jika tidak, tujuan-tujuan yang
ditargetkan tidak tercapai.
Diagram 2.13 adalah contoh yang menjelaskan pengaruh
pajak terhadap keseimbangan pasar.
Pemerintah
bermaksud menarik pajak dari pasar sepeda motor, dengan membebankan
pajak sebesar T per unit (Diagram 2.13). Pajak itu dibebankan kepada produsen.
Pengenaan pajak menyebabkan kurva penawaran bergeser dari 50 ke 51
sehingga harga keseimbangan menjadi P1 sedangkan jumlah keseimbangan
menjadi Q1 Kebijakan ini sebenamya menyebabkan konsumen kehilangan
surplus konsumen sebanyak A+B. 5edangkan produsen kehilangan surplus produsen
sebanyak F+C. Tetapi pemerintah memperoleh pendapatan sebanyak A+F sama
dengan 0Q1x(P1-P2).
Sepintas pemerintah tampaknya senang dengan penerimaan itu. Tetapi konsumen
dirugikan karena beban pajak yang seharusnya ditanggung produsen, sebagian (A)
ditanggung oleh konsumen. Ini disebut pergeseran beban pajak (tax incidence).
Besamya tax incidence sangat tergantung pada elastisitas perrnintaan dan
penawaran.
Diagram 2.13
Pasar Sepeda Motor di Indonesia
2) Subsidi
Subsidi dapat dipandang sebagai pajak negatif (negative
tax), karena subsidi menambah pendapatan nyata. Sebagaimana halnya pajak,
manfaat pemberian subsidi terbagi-bagi antara produsen dan konsumen, tergantung
elastisitas permintaan dan penawaran.
Kasus Pasar Susu Bayi di Jakarta
Diagram 2.14 menggambarkan keseimbangan pasar susu bayi
di Jakarta. Agar makin banyak keluarga yang mampu membeli susu, pemerintah
bermaksud menurunkan harga susu ke P1 Dengan harga setingkat P1
permintaan meningkat menjadi Q1 sementara penawaran berkurang
menjadi Q2. Sadar bila menempuh kebijakan harga tertinggi (ceiling
price) akan menimbulkan deadweight loss, pemerintah menempuh kebijakan subsidi
(negative tax). Besarnya subsidi yang diberikan adalah (P1-P2)'
Bila subsidi diberikan kepada konsumen, akan menggeser kurva permintaan ke D1,
sehingga keseimbangan baru terjadi di titik E2. Bila subsidi
diberikan kepada produsen, akan menggeser kurva penawaran ke 51
Keseimbangan baru terjadi di titik E1.
Diagram 2.14
Pasar Susu Bayi di Jakarta
c. Tarif dan Kuota
Dalam sistem perekonomian yang terbuka (melakukan
transaksi dengan perekonomian luar), maka harga barang yang berlaku adalah
harga internasional. Yang menjadi persoalan adalah bila harga domestik lebih
tinggi daripada harga dunia. Sebab dengan mekanisme pasar bebas, terpaksa
dilakukan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Walaupun dari sudut
konsumen hal ini menguntungkan, tetapi demi melindungi industri dalam negeri,
pemerintah menempuh kebijakan protektif dengan memberlakukan tarif(pajak
impor) dan kuota impor (pembatasan jumlah impor).
Diagram 2.15
Tarif atau Kuota Impor
Dengan harga intemasional setingkat Pw, tingkat impor
mencapai sejumlah Qd0-Qs0 unit. Untuk melindungi industri dalam negeri,
pemerintah menetapkan tarif sebesar T per unit impor. Harga dalam negeri
meningkat menjadi P*, impor pun berkurang menjadi Qd1-Qs1 unit. Bagi produsen
domestik, kebijakan ini menambahkan keuntungan mereka sebesar luas trapesium A.
Tetapi konsumen domestik mengalami kerugian sebesar A+B+C+F. Sedangkan F
merupakan penerimaan pajak pemerintah. Jika pemerintah memberlakukan kuota
impor, F merupakan keuntungan yang diperoleh produsen asing. Sehingga kerugian
domestik neto adalah B+C+F.
Terimakasih saya terbantu melalui kurva yang disusun
BalasHapus